PEKANBARU, Topriaunews.com - Ribuan massa aksi yang terdiri dari mahasiswa, pemuda dan masyarakat bergerak dengan penuh semangat memakai ikat kepala pita berwarna merah bahkan ada juga mengikatnya di lengan bersama ratusan Laskar Melayu memadati halaman Kantor Gubernur Riau dalam kampanye akbar bertajuk “Misi Penyelamatan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN)”. Aksi damai ini berlangsung dari pukul 10.30 WIB hingga 12.30 WIB dengan semangat perjuangan menyelamatkan sisa ekosistem hutan yang terus dihancurkan oleh mafia sawit dan perambah liar.
Aksi ini pada awalnya dipimpin oleh Cep Permana Galih yang berawal dari konsolidasi kecil bersama kelompoknya hingga kampanye ini mampu merekrut ribuan massa mahasiswa, pemuda dan masyarakat di Riau. Namun karena ada hal lain yang tidak memungkinkan, maka dalam kesempatan aksi ini diwakili oleh dua tokoh muda dari kalangan aktivis mahasiswa, Cornelius Laia dan Johan Samuel Manurung, sebagai penanggung jawab ribuan massa dari mahasiswa, pemuda dan masyarakat. Ratusan Laskar Melayu di Riau juga turut hadir dalam barisan terdepan dengan penuh semangat dalam kampanye akbar tersebut, mengawal ribuan mahasiswa dalam bersuara di negeri demokrasi ini, karena mahasiswa memiliki 3 hak independen sebagai agen of change, social of control and iron stock.
Massa aksi membawa boneka harimau raksasa sebagai simbol spesies terancam punah akibat kehancuran habitat di TNTN. Di tengah teriakan dan orasi yang membakar semangat, massa menyerukan agar Satgas Penertiban Kawasan Hutan (Satgas PKH) bertindak tegas dan tidak gentar terhadap tekanan mafia sawit.
“Negara tidak boleh kalah! Mafia sawit yang merampok kawasan TNTN harus ditangkap dan diadili. Ini bukan sekadar pelanggaran hukum, ini adalah pengkhianatan terhadap masa depan bangsa dan anak cucu kita,” tegas Cornelius Laia dalam orasinya.
“Jangan biarkan hukum hanya tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Satgas PKH harus berdiri di garis depan, dengan dukungan rakyat, untuk merebut kembali hutan yang telah dijarah,” tambah Johan Samuel Manurung di hadapan ribuan massa.
Dari lokasi terpisah, Cep Permana Galih menegaskan:
“Kami tidak akan diam melihat TNTN dihancurkan. Ini bukan soal satu spesies, tapi soal keberlanjutan bangsa. Mafia sawit, korporasi rakus, dan perambah ilegal harus dilenyapkan dari hutan rakyat. Satgas PKH tidak boleh ragu. Ini mandat konstitusi dan mandat moral.”
Aksi damai ini disambut hangat oleh Gubernur Riau, Abdul Wahid, yang menerima massa aksi dengan hangat dan menyampaikan komitmennya bahwa Pemerintah Provinsi Riau siap bergandengan tangan bersama rakyat dan Satgas PKH.
"Penyelamatan TNTN adalah prioritas kita bersama, saya tidak akan melindungi siapapun yang terlibat dalam perusakan hutan,” tegas Gubri.
Dalam aksi tersebut, Cornel dan Johan menyampaikan dengan tegas adanya 10 Butir Manifesto Kampanye Penyelamatan TNTN, sebagai arah moral dan strategis dalam mendorong pemerintah bertindak lebih nyata dan progresif.
10 BUTIR MANIFESTO KAMPANYE PENYELAMATAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO (TNTN)
1. Dukungan Total kepada Satgas PKH:
Kami mendukung penuh NKRI, Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Riau, dan Satgas PKH sebagai representasi negara dalam menyelamatkan kehormatan ekologis TNTN.
2. Fakta Kehancuran TNTN:
Dari total 81.793 hektare kawasan TNTN, lebih dari 75% telah rusak dan dijarah. Kami menuntut relokasi dan penertiban untuk memulihkan kawasan konservasi ini.
3. Lindungi Harimau dan Gajah Sumatera:
TNTN adalah rumah terakhir Harimau dan Gajah Sumatera. Jika ekosistem ini hancur, maka Nusantara kehilangan identitas megafaunanya.
4. Penegakan Hukum Lingkungan:
Kami mendesak Satgas PKH dan aparat penegak hukum untuk menindak semua pelaku perusakan hutan sesuai UU No. 18/2013 dan UU No. 32/2009.
5. Relokasi sebagai Solusi mutlak dan benar, bukan berpihak pada satu sisi:
Relokasi warga pemukim ilegal di TNTN harus dilakukan demi keselamatan ekosistem dan dilandasi oleh Perpres No. 5 Tahun 2025.
6. Reforestasi Ekologis:
Restorasi hutan harus menggunakan pohon asli lokal seperti Meranti dan Pulai, dan melibatkan masyarakat dalam ekowisata dan agroforestri.
7. Tolak Narasi Sawit Sama dengan Hutan:
Kami menolak segala narasi keliru yang menyamakan sawit dengan hutan. Hutan adalah kehidupan, sawit adalah komoditas.
8. Lindungi Kekayaan Hayati Nusantara:
TNTN adalah rumah bagi ratusan spesies unik. Kampanye ini adalah upaya menjaga DNA ekologis Nusantara yang tidak bisa digantikan.
9. Gerakan Moral dan Nasional:
Ini bukan hanya aksi lingkungan, tetapi juga panggilan spiritual, konstitusional, dan nasional untuk menjaga martabat bangsa.
10. 2025, Tahun Kebangkitan Konservasi Nasional:
Tahun ini harus menjadi tonggak sejarah pemulihan ekosistem Indonesia. TNTN harus menjadi simbol kebangkitan ekologis bangsa.
“Kami rakyat Riau, kami bangsa Indonesia. Kami berdiri bersama TNTN. Negeri ini tak akan tunduk pada mafia sawit!”
Demikian seruan yang menggema dalam kampanye damai yang tetap berlangsung tertib dan penuh semangat kebangsaan.
إرسال تعليق