"Berbicaralah, jika suaramu lebih indah dari keheningan". (Jalaluddin Rumi).
Owl Hunting Strategy_ strategi burung hantu berburu tikus_merupakan taktik pemangsa paling mengagumkan di alàm terbuka.
Bayangkan, menurut penelitian, seekor burung hantu (tyto alba) mampu memangsa empat sampai lima ekor tikus setiap malam. Atau seribu ekor lebih tikus dalam setahun.
Inilah perburuan senyap dengan hasil spektakuer. Perburuan hening di kegelapan. Penyergapan dengan presisi tinggi dan terukur. Pengintaian yang teliti. terukur. Tanpa suara kepak sayap, bebas gemuruh. Apalagi teriakan.
Karakter perburuan dalam senyap ini, tampaknya mengilhami Film "Pale Rider" (1985). Film koboi yang dibintangi Clint Eastwood, dan sebagai "Preacher", memang digambarkan sebagai sosok yang misterius dan pendiam.
Pale Rider adalah sebuah perpaduan unik antara genre fantasi dan Barat yang menghadirkan cerita yang mendalam dan penuh makna.
Film ini bercerita tentang seorang pendeta misterius yang membantu para penambang kecil melawan seorang pengusaha tambang yang kejam.
Clint Eastwood, yang juga menyutradarai film ini, memainkan peran pendeta yang jarang ngomong, namun tindakannya berbicara lebih keras. Ia berhasil memburu dan membunuh semua penindas dengan strategi senyap, tanpa kata-kata.
Lantas, ia meninggalkan kota dengan diam. Begitu dia menunggang kudanya, ia segera berlalu. Tidak pernah lagi menoleh ke belakang.
Film Pale Rider ini berakhir dengan pesan yang mendalam tentang keberanian, perburuan yang senyap, pengorbanan, dan misteri yang menyelubungi sang Bintang.
Strategi burung hantu berburu tikus & karakter Clint Eastwood dalam Pale Rider, mengundang perhatianku, sebagai seorang yang menekuni profesi wartawan 40 tahun terakhir.
Berburu informasi adalah tugas utama seorang wartawan.
Jika ingin informasi hasil buruan, lebih deskriptif dan mendalam, wartawan mesti melakukan reportase. Istilah "reportase" berasal kata "reportare" (Latin) artinya: membawa dari suatu tempat.
Teknik reportase mengharuskan wartawan hadir di lokasi peristiwa. Untuk beroleh informasi dengan merekonstruksi peristiwa berdasarkan deskripsi TKP (Tempat Kejadian Peristiwa) serta hasil wawancara dengan saksi mata.
Tetapi, jika informasi yang diburu berada di genggaman seseorang atau sekelompok orang yang berupaya mencengkram informasi itu_untuk melindungi suatu kejahatan_perburuan seorang wartawan mesti menggunakan metode investigasi.
Secara etimologi istilah "investigasi" berasal dari kata "vestigum" (Latin) artinya: jejak kaki. Dari sejarah kata ini, bisa difahami, prosesi kinerja seorang investigator lebih pada tugas-tugas kerahasiaan.
Defenisinya: "Jurnalisme investigasi adalah bentuk kegiatan jurnalistik yang berfokus pada penyelidikan dan pengungkapan informasi yang sulit diakses".
Artinya, hanya bukti awal dari "jejak kaki" saja, seorang investigator profesional, diharapkan akan mampu mengungkap fakta kebenaran dari balik petistiwa yang diinvestigasinya.
Seorang investigator berpengalaman bekerja dengan ekstra hati-hati. Terlebih tengah menginvestigasi kasus kejahatan skala besar.
Apalagi di lingkup mafia atau kejahatan yang menyerempet dugaan keterlibatan "orang kuat" atau kekuasaan. Pada titik sensitif, sedikit ceroboh, bisa berakibat vatal.
Pastinya, meng-investigasi kasus-kasus skala "kakap" butuh keberanian, pengalaman & kehati-hatian serta kesabaran.
Berhadapan dengan kasus kelas raksasa, tugas investigasi perlu beralih ke tugas penyamaran. Dengan metode penyamaran, perburuan bisa menekan tingkat rintangan ketimbang perburuan secara "terbuka".
Investigasi, hakekatnya, adalah metode mengungkap fakta dari akurasi informasi. Seorang investigator terlatih, akan selalu fokus pada perburuannya.
Investigator profesional selalu melihat ancaman tugasnya dari sisi terlemah, kemungkinan perburuannya yang lebih dulu "bocor".
Tetapi, dari banyak pengalaman, sumber "kebocoran" acap kali karena digerogoti dari "sisi dalam".
"Sebagian besar gagalnya tugas-tugas opsir rahasia justru ketika mereka menyebut identitas mereka kepada orang lain," ujar seorang pengamat inteligen.
Jika rencana investigasi lebih dulu meluber jadi isu publik, berarti investigator membuka pront dengan banyak pihak.
Berbagai "serangan" akan muncul untuk mengaburkan informasi serta mendistorsi objek yang diinvestigasi. Percayalah!
Prosesi kinerja investigasi, akan berubah jadi arena kekacauan, jika investigatornya mengubah tujuan hakiki tugasnya: dari akurasi informasi menjadi validasi keangkuhan.
Investigator, tidak perlu gembar-gembor dan berteriak-teriak tentang pekerjaannya. Apalagi, berbicara di media dan mengajak perang terbuka. Jangan bermain api di atas mesiu.
"Berbicaralah, jika suaramu lebih indah dari keheningan" Batasi pembicaraan. Berbicara pada hal-hal penting saja. Jangan sampai lidahmu menyembelih lehermu.
Peluang keberhasilan investigasi akan lebih besar, jika menerapkan: "Owl Hunting Strategi". Ketimbang investigasi kepalsuan dengan senjata: "Bacot"!
*)Wahyudi El Panggabean, Wartawan Senior & Direktur Utama, Lembaga Pendidikan Wartawan, Pekanbaru Journalist Center (PJC).
Posting Komentar