Konflik soal polusi ini sudah berlangsung lama, bahkan mediasi berulang-ulang juga tak menghasilkan solusi yang nyata. Warga pernah menggelar aksi massa di depan perusahaan, namun masalah tetap ada: ribuan warga menderita ISPA dan gatal-galat selama berbulan-bulan tanpa akhir.
Sebelumnya, direksi perusahaan pernah bertemu dengan perwakilan warga yang protes. Warga pun menyampaikan tuntutan tegas: "Kami nggak mau kompensasi, cuma minta hentikan debu dan polusi apa cara pun. Atau setidaknya, perusahaan berhenti sementara karena anak-anak dan lansia sudah kesulitan bernapas dan terus gatal," ujar salah satu warga yang menyebut diri "Z".Jika perusahaan tetap ingin berproduksi, lanjut "Z", "maka redam polusinya – pakai blower atau apapun. Kalau nggak bisa juga, minta ditutup saja."
Jarak yang terlalu dekat dengan pabrik membuat beban warga semakin berat. Buktinya, dalam sekali menyapu rumah, warga bisa mengumpulkan debu sepenuh satu gelas Aqua. "Pagi, siang, malam debu nggak berhenti – apalagi musim kemarau. Kami pernah minta penyeriman rutin untuk menekan debu, tapi tidak dilakukan. Malah kata orang, perusahaan malah menambah mesin produksi," ceritanya. Ada bahkan anak warga yang sudah menderita gangguan pernapasan kronis. "Kalau terus begini, bahaya banget. Perusahaan harusnya memikirkan warga, bukan cuma keuntungan," tegas "Z".
Tim media telah berusaha mengkonfirmasi semua informasi ini kepada pihak PT Woongsol. Namun, hingga saat berita ini diterbitkan, perusahaan belum memberikan jawaban apapun atas semua tuduhan dan tuntutan warga.
NJM
إرسال تعليق