BBKSDA : Sejak 2015 Hingga Saat Ini, 23 GaCep Permana Galih, Kami Hadir Bukan Hanya Sebagai Aktivis, tapi Sebagai Penjaga Nurani Bangsa

 




PEKANBARU, Topriaunews.com - Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Supartono mengatakan, kerusakan di hutan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Kabupaten Pelalawan, juga berdampak hal negatif pada habitatnya.


Seperti diketahui, ujarnya, ada sebanyak 23 ekor Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) itu ditemukan mati di TNTN, Kabupaten Pelalawan, sejak 2015 hingga Juni 2025. Artinya sebut Supartono, yang kerusakan TNTN penyebab utama.


Dikatakan dia, rinciannya pada tahun 2016 tercatat 2 kematian, 2017 nihil, 2018 dan 2019 masing-masing 2 dan 1 kasus. Pada 2020 meningkat menjadi 3 kasus. Tahun 2022 tak ditemukan kematian, namun tahun 2023 tercatat 3 kasus, disusul 2 kasus di 2024 dan 1 kasus hingga pertengahan 2025.



Supartono menjelaskan, gajah mati akibat berbagai faktor seperti keracunan, jerat, hingga penyakit. Salah satu kasus paling memilukan terjadi Januari 2024, ketika seekor gajah jinak bernama Rahman ditemukan tewas diduga karena diracun. Satu gadingnya hilang, diduga diburu.


“Hilangnya habitat alami menyebabkan gajah makin sering berkonflik dengan manusia. Mereka kehilangan ruang hidup dan sumber pakan,” jelasnya.


Menurut Supartono, lebih dari 40.000 hektare kawasan TNTN telah beralih fungsi menjadi kebun sawit ilegal dan permukiman liar. Kondisi ini mengancam kelestarian satwa yang dilindungi tersebut.


Untuk mencegah kepunahan, BBKSDA Riau melakukan pemantauan pergerakan gajah dengan GPS collar, pelestarian habitat, dan edukasi masyarakat agar tidak memasang jerat atau juga meracuni satwa liar. Selain itu, pemerintah juga menertibkan kawasan hutan yang dikuasai secara ilegal.


Cep Permana Galih akan menggelar kampanye akbar penyelamatan lingkungan di depan Kantor Gubernur Riau pada Senin, 30 Juni 2025. 


Kampanye ini bertujuan untuk menyuarakan penyelamatan ekosistem Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), habitat penting bagi Harimau dan Gajah Sumatera.


Cep Permana Galih, mengatakan "Kami hadir bukan hanya sebagai aktivis, tapi sebagai penjaga nurani bangsa. TNTN bukan ladang bisnis, tapi simbol ekologi nasional yang harus diselamatkan, ujarnya, Jumat (27/6/25).


Lanjutnya, Kondisi TNTN saat ini, Kawasan TNTN seluas 81.793 hektare telah rusak lebih dari 75%, Hanya tersisa sekitar 6.720 hektare hutan primer

Kerusakan parah ini mengancam keberlangsungan hayati, pungkas Cep.


Dikatakan lagi, Cep mengungkapkan " Ini bentuk dukungan kami kepada Negara dan Satgas penertiban kawasan untuk memulihkan TNTN sebagai kehormatan ekologis bangsa.tutupnya

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama